Mengubur Mimpi (?)



Aku tahu bahwa satu bulan yang lalu adalah waktu dimana aku tidak bisa menerima kegagalan. Kacau, bingung, sedih, kecewa dan tidak bisa dituliskan. Bisa jadi aku dibilang seperti orang gila pada saat itu. Tidak terawat dan tidak mau merawat diri. Seakan itu adalah yang terakhir kalinya dan mimpiku harus dibakar mejadi abu. Sakit dan sedih memang. Tetapi, ujian yang akan datang akan segera menyapa dan aku harus bisa melakukannya dengan baik. Aku coba bangkit dan belajar dengan sungguh untuk menghadapi ini. Sesekali nampak sedih ketika belajar materi. Aku teringat dengan teman-teman yang sudah santai menunggu dan duduk manis untuk bersiap menghadapi mimpi mereka sementara aku disini masih terus berjuang dan berjuang tanpa henti. Sesekali ada yang menyindir dengan perkataan, "Loh, Ivan ga lulus? Kok bisa sih gak lulus di jalur itu." Bahkan ada pula yang lebih menyakitkan, "Ivan pilihannya ketinggian sih, pantes aja." Hmm. Rasanya sudah putus asa saja dan perasaan ini kaya sudah jadi sampah berserakan. Tapi, inilah cobaan yang harus aku terima dan hadapi. Lagipula aku tidak sendirian. Aku terus berjuang dan masih banyak teman serta kakak-kakak yang menyemangatiku.

21 hari setelah pengumuman itu, aku harus menempuh ujian untuk masuk ke jalan mimpiku melalui jalur tes tulis. Tidak menyangka memang, dengan soal-soal yang 360 derajat berbeda dengan soal-soal tahun sebelumnya. Kaget dan tidak bisa berkata apapun. Karena tes ini pakai sistem scoring makanya aku harus bener-bener yakin dengan jawaban yang aku. Tidak mau ceroboh dan berusaha keras menjawab. Tapi apadaya waktu yang seakan lebih cepat sementara soal banyak sekali yang belum terisi, bahkan hanya 40% saja. Aku melihat disekeliling semuanya full terjawab. Batinku, lho kok bisa gitu ya? Jeniuss banget. 2 Sesi ujian dengan soal yang katanya setara dengan soal Olimpiade Internasional (Berbagai Sumber Mengatakan Demikian) memang luaar biasa jauh dari perkiraan dan target. 150 soal dan aku hanya bisa jawab 30-an saja. Itupun tidak tau benar atau tidak. Sekarang, aku hanya pasrah dengan keadaan. Kalaupun aku harus gagal kembali, aku siap dan tidak mau kecewa terlalu berlarut. Ujian hidup masih banyak, dan aku harus tegar menghadapinya. Serahkan semua pada Yang Maha Kuasa. Jika harus mengubur mimpi besarku, aku siap. Siap dan siap! PilihanNya adalah pilihan terbaik. Kesuksesan dan kegagalan milik Allah. Terus saja memupuk semua benih dengan doa-doa ini. Semoga yang terbaik. Amin

(Maafkan gak bisa cerita sepenuhnya, takutnya flashback. Yang sudah-sudah yaaaaa sudahi saja hehe.)

Komentar

Posting Komentar