Beberapa bulan lagi usia akan menginjak pada kepala dua. Lalu apa yang sudah aku lakukan selama 20 tahun selama diberi karunia oleh Allah?
-----
Sulit untuk diriku beranjak dari segala mimpi yang sudah seharusnya aku dapatkan namun harus dijeda terlebih dulu. Hari-hari di akhir belasan usiaku, selalu teringat dengan mimpi terbesar yang ingin sekali ku capai. Setahun yang lalu adalah masa yang tidak akan pernah aku lupakan dalam sejarah hidupku. Dimana aku harus menerima segala kenyataan terhadap mimpi yang telah aku perjuangkan. Namun, ternyata mimpi itu adalah mimpi yang tidak seharusnya aku dapatkan. Bahkan ingin menangispun tidak akan terwujud pula. Lalu, kepada siapa aku harus membeberkan segala impian ini jika pada akhirnya jalan yang aku tempuh adalah jalan yang benar-benar diluar dugaan. Sudah sepatutnya memang bersyukur adalah kewajiban. Nikmat yang didapatkan adalah nikmat yang tidak semua orang rasakan. Sepertinya rasa syukurku hanyalah sekadar rasa tanpa ketulusan. Semuanya hanya terucap lewat mulut, namun hati ini masih memberontak mengapa mimpi itu tidak dapat aku raih. Diri ini benar-benar tidak sabar dan ingin mengerti jawaban tanpa alasan itu.
Sungguh, di awal perjalanan baru itu aku iri dengan mereka yang dengan sumringah mendapat mimpi mereka masing-masing. Bukan tentang sombong, namun terlebih kepada kepuasan terhadap hasil usaha yang mereka kerjakan. Kembali ku bertanya apakah perjuanganku masih kurang? hmm. Nampaknya itu hanya pertanyaan tidak masuk akal. Saat itu aku benar-benar terpukul. Malam hari kucoba untuk mengalahkan rintangan pertama, namun pada akhirnya gagal. Kala itu aku ingin sekali menangis karena tidak hanya rintagan itu namun berbagai rintangan baru sudah datang dikala aku tidak siap dan kondisi yang begitu lemah. Aku sangat takut dengan hari-hari yang kian cepat berganti. Selalu waspada namun sering kecolongan karena teledor. Iya, itulah aku, orang yang punya rasa cemas berlebihan.
Pantas memang aku mendapatkannya. Kenyataan yang jauh dari harapan, namun dengan tersirat menguak segala isi kekuranganku. Lagi lagi bersyukur adalah kata yang sering aku baca dan dengar dari lingkungan sekitarku. Dengan perasaan penuh gagap aku berusaha menjujurkan diri bahwa aku masih resah terhadap mimpi ini. Tidak ada yang membimbingku dan bahkan lingkunganku banyak yang menjungkalkanku. Aku tidak tau harus bagaimana terhadap lingkungan buruk ini. Kompetisi adalah kompetisi, namun haruskah perbuatan kotor itu menimpaku sebagai tantangan tambahan di perjalanan penuh rasa sesak ini? Kini, aku ingin mencari teman, teman yang selalu bisa memberikan segala ucapan mutiara terhadap apa yang sedang menimpaku. Usiaku tidak muda lagi, pengorbanan dan pengalaman adalah harta terbesarku. Aku tidak punya apa-apa. Mimpiku bahkan tidak lagi bisa ku andalkan. Berdirilah di sampingku untuk menjadi pendorong satu sama lain. Jangan lengah dan jangan berdiri di belakangku. Bergeraklah bersama menghadapi takdir yang kita dapatkan. Bersyukur, bersyukur, dan bersyukur jangan lupa kita haturkan. Percayalah untuk usia yang tidak muda ini. Kedewasaan akan muncul dan diri ini sergap menghadapi rintangan yang selanjutnya. Selamat menemukan arti mimpi dan takdir yang sesungguhnya di umur kepala dua ini.
Komentar
Posting Komentar